Berdasarkan hasil sebuah penelitian terbitan Journal of Pharmacology & Pharmacotherapeutic, diperkirakan sekitar 50% orang di seluruh dunia mengalami kekurangan vitamin D. Padahal, vitamin D adalah vitamin yang sangat diperlukan tubuh untuk menguatkan tulang dan gigi serta untuk menjaga daya tahan tubuh. Sebagian besar asupan vitamin D bisa mudah didapat dari paparan sinar matahari. Namun, Anda juga bisa mencukupi vitamin D harian dari beragam makanan yang Anda konsumsi sehari-hari. Jadi, mana yang lebih baik: berjemur di bawah terik matahari atau dari makanan saja?
Vitamin D adalah nutrisi yang bisa didapat dari makanan dan sinar matahari
Nama lain vitamin D adalah “vitamin matahari” karena hampir 80% vitamin D yang dibutuhkan tubuh berasal dari sinar matahari. Akan tetapi, vitamin D itu sendiri terdiri dari dua bentuk, yaitu vitamin D2 dan vitamin D3.
Vitamin D3 inilah yang sebenarnya disebut dengan vitamin matahari. Tubuh Anda akan memproduksi vitamin D secara otomatis ketika terpapar sinar matahari dengan mengubah kolesterol pada kulit menjadi calcitriol. Calcitriol akan langsung disalurkan ke hati dan ginjal untuk menghasilkan vitamin D3 (calsiferol) yang dibutuhkan oleh tubuh.
Sementara itu, vitamin D2 yang punya nama lain ergocalsiferol dapat ditemukan pada sejumlah sumber makanan nabati, seperti jamur kacang almond, kacang kedelai, dan kelapa. Tumbuh-tumbuhan ini memproduksi sendiri kandungan vitamin D2-nya dengan mengolah radiasi sinar UV yang mereka terima.
Lalu, sumber terbaik vitamin D adalah?
Kualitas vitamin D3 (calsiferol) yang berasal dari sinar matahari dilaporkan jauh lebih unggul daripada vitamin D dari makanan. Pasalnya, vitamin D3 lebih mudah dicerna oleh tubuh namun dapat bertahan lebih lama dalam peredaran darah. Calsiferol dinilai 87% lebih kuat dalam meningkatkan dan mempertahankan konsentrasi vitamin D dalam darah.
Ketika di dapat pada waktu yang sama dengan porsi yang sama, kadar vitamin D2 (ergocalsiferol) turun drastis setelah 14 hari, sementara kadar calsiferol justru memuncak pada hari ke-14 dan tetap stabil sampai 28 hari setelah asupan pertama.
Maka dari itu, vitamin D3 lebih efektif untuk membantu tubuh untuk cepat menyerap kalsium, yang merupakan nutrisi penting untuk kesehatan tulang. Calsiferol telah terbukti lebih efektif dalam menjaga kepadatan tulang pada orang dewasa usia lanjut sehingga mengurangi risiko patah tulang jika dibandingkan dengan ergocalsiferol (vitamin D2). Selain itu, vitamin D3 juga dilaporkan dapat mengurangi risiko penyakit jantung, nyeri sendi, depresi, kanker pankreas, kanker payudara, hingga kanker kulit.
Terlalu sering terkena paparan matahari juga tidak baik
Walaupun vitamin D3 dari sinar matahari terbukti lebih baik oleh banyak penelitian, bukan berarti Anda harus dan boleh berlama-lama bermandikan matahari. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Anda hanya perlu terpapar sinar matahari setidaknya 5 sampai 15 menit saja untuk dua sampai tiga kali seminggu tanpa menggunakan tabir surya untuk mencukupi asupan vitamin D tubuh.
Berjemur lebih lama dari yang direkomendasikan dan tanpa perlindungan yang cukup justru berbahaya. Paparan radiasi UV berlebihan dapat meningkatkan risiko kulit terbakar matahari, kanker kulit melanoma, hingga bahkan heat stroke yang dapat berakibat fatal.
Sinar matahari yang direkomendasikan oleh para ahli adalah mulai dari pukul 10 pagi hingga pukul 2 sore. Waktu ini dianggap waktu yang paling tepat untuk mendapatkan manfaat sinar matahari sementara mengurangi risiko bahaya radiasi sinar ultraviolet.
Meski begitu, mendapatkan asupan vitamin D dari sumber makanan juga tetap penting, terutama bagi orang-orang yang aktivitas hariannya berkutat di dalam ruangan dan jarang terpapar matahari. Oleh karena itu, langkah yang paling baik untuk mendapatkan cukup vitamin D adalah menyeimbangkan antara pola makan sehat dan aktivitas fisik di luar ruangan (misalnya, dengan berolahraga).