dr. Yesin Lae, AAM-ECARE, MM
Testosterone adalah hormon utama pada pria, namun bisa di temukan juga dalam tubuh wanita dengan kadar yang jauh lebih rendah. Testosterone pada pria berpengaruh pada metabolism, kekuatan fisik dan mental.
Studi multi-tahunan terbaru dari Intermountain Medical Center Heart Institute di kota Salt Lake menunjukkan bahwa terapi testosterone membantu mengurangi resiko kejadian penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler seperti stroke, serangan jantung dan kematian pada pria lanjut usia dengan kadar testosterone rendah dan yang sudah memilik penyakit arteri koroner.
Studi tersebut memperlihatkan bahwa para pasien yang mendapat testosterone sebagai bagian dari pengobatan lanjutan memiliki kesehatan yang lebih dibanding yang tidak diberikan. Pasien yang tidak diberikan terapi testosterone memiliki kemungkinan lebih tinggi terkena kejadian mematikan sampai dengan 80%.
“Studi menunjukkan bahwa dengan menggunakan terapi pengganti testosterone untuk meningkatkan kadar testosterone sampai batas normal pada pria dengan defisiensi androgen tidak meningkatkan resiko terjadinya stroke atau serangan jantung”, ungkap kardiologis Dr. Brent Muhlestein, co-director dari penelitian yang dilakukan di Intermountain Medical Center Heart Institute. “Pun begitu pada pria dengan resiko tertinggi, yakni yang memang sudah memiliki sakit jantung sebelumnya.”
Tim peneliti Intermountain Medical Center akan mempresentasikan hasil studi pada American College of Cardiology’s 65th Annual Scientific Session pada hari minggu, 3 April pukul 12:15 siang.
Tim penelitian mempelajari 755 pasien pria di rumah sakit-rumah sakit Intermountain Healthcare. Rentang usai pasien antara 58-78 tahun dan semuanya memiliki penyakit arteri koroner berat. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok, dan menerima dosis testosterone yang berbeda-beda dengan cara pemberian yang berbeda, baik melalui injeksi maupun gel.
Kesimpulan:
- Setelah 1 tahun, 64 pasien yang tidak menerima suplemen testosterone terkena kejadian sakit jantung yang mematikan, sedangkan hanya 12 pasien pada yang menerima testosterone dosis sedang dan hanya 9 orang pada yang menerima dosis tinggi.
- Setelah 3 tahun, 125 pasien yang tidak menerima suplemen testosterone terkena kejadian sakit jantung yang mematikan, sedangkan hanya 38 pada pasien dosis sedang dan 22 pada pasien dosis tinggi
Studi terbaru Intermountain Medical Center Heart Institue ini memperkuat temuannya sendiri pada 2015, yaitu mengkonsumsi suplemen testosterone tidak meningkatkan resiko terjadinya serangna jantung atau stroke pada pria dengan kadar testosterone rendah dan tidak meiliki riwayat sakit jantung.
Kedua studi tersebut menyelesaikan suatu kondisi yang diciptakan oleh FDA (BPOM Amerika). Tahun lalu FDA mewajibkan semua produsen produk testosterone untuk menambahkan label yang menyatakan adanya resiko sakit jantung oleh suplemen testosterone.
“Label peringatan dari FDA itu didasarkan pada pengetahuan klinis yang tersedia saat itu,” ucap Dr. Muhlestein. “Dengan bertambahnya informasi, seperti dari studi yang kami lakukan, dan terutama setelah uji klinis acak dalam skala besar sudah selesai dilakukan, kami harap FDA bisa merubah peringatannya.”
Terima kasih infonya Dokter. Tuhan Yesus memberkati.