Oleh : dr. Elizabeth
Osteoarthritis (OA) atau biasa dikenal dengan pengapuran sendi merupakan penyakit degeneratif, atau penyakit orang tua yang disebabkan persendian menjadi aus, dan dapat disertai peradangan. OA merupakan salah satu penyakit yang paling umum terjadi.
Sendi yang paling sering mengalami kerusakan pada kondisi ini meliputi tangan, lutut, pinggul, dan tulang punggung. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa sendi-sendi yang lain juga bisa terserang.
Aplikasi PRP pada kasus-kasus muskuloskeletal telah menarik perhatian. Terapi PRP pun telah meluas selama beberapa dekade terakhir dan penerapannya tidak dibatasi pada kasus cedera muskuloskeletal akibat olahraga saja tapi juga pada kasus degeneratif tulang rawan dan sendi seperti OA.
Apakah PRP itu ?
Platelet Rich Plasma (PRP) adalah platelet terkonsentrasi dalam plasma dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan platelet normal dalam tubuh. PRP ini berasal dari sampel darah pasien sendiri yang diolah dengan menggunakan alat khusus sehingga darah tersebut menjadi terpisah komponen-komponen pembentuknya. PRP mengandung faktor pertumbuhan (Growth factor ) dan protein lain yang mengatur pembelahan sel, merangsang regenerasi jaringan, sehingga dapat membantu penyembuhan.
Terapi PRP paling sering diterapkan pada osteoarthritis lutut, dan dilakukan dengan cara menyuntikkan langsung ke sendi yang cedera. Tujuannya adalah untuk mengurangi nyeri, meningkatkan fungsi sendi, dan memperbaiki kerusakan tulang rawan.
Penelitian dari Hospital for Special Surgery menunjukkan bahwa terapi OA dengan PRP dapat mengurangi progesivitas penyakit OA sebesar 73%.
Penelitian yang dipublikasi oleh Arthritis-health tahun 2013 terhadap 78 pasien dengan osteoarthritis pada kedua lutut. Setiap lutut menerima 1 dari 3 cara terapi : kelompok pertama menerima 1 suntikan PRP, kelompok kedua menerima 2 suntikan PRP, dan kelompok ketiga menerima 1 suntikan saline plasebo. Peneliti menemukan bahwa lutut yang diterapi dengan 1 atau 2 PRP menunjukkan rasa nyeri dan kaku sendi yang berkurang, serta fungsi persendian yang meningkat setelah 6 minggu dan 3 bulan. Sedangkan subjek yang mendapatkan injeksi plasebo hanya menunjukkan peningkatan kecil di rasa nyeri dan kaku sendi, namun fungsi persendian tetap menurun.
Penelitian lain dilakukan pada pasien dengan nyeri lutut ringan selama sekitar 14 bulan. Sebelumnya dilakukan MRI untuk mengetahui kerusakan sendi, kemudian dilakukan satu kali suntikan PRP. Satu tahun setelah PRP, sebagian besar pasien berkurang intensitas nyerinya dibandingkan sebelum terapi. Hasil MRI pun menunjukkan bahwa proses degeneratif tidak menunjukkan perburukan.
Bagaimana efek sampingnya ?
Terapi PRP bersifat aman karena menggunakan darah dari penderita sendiri sehingga tidak akan ada risiko penularan penyakit dari orang lain. Efek samping minimal yang mungkin timbul adalah rasa ngilu setelah suntikan, namun keluhan ini akan menghilang setelah beberapa hari.
Apakah PRP sama dengan suntikan anti nyeri lainnya ?
PRP bersifat memperbaiki jaringan yang rusak secara alamiah. Berbeda dengan suntikan kortikosteroid yang dapat menghilangkan peradangan dan nyeri namun bersifat sesaat, serta tidak memperbaiki jaringan yang rusak. Suntikan dengan asam hialuronat juga dapat menambah lubrikasi sendi dan mengoptimalkan fungsi sendi, namun tidak memperbaiki jaringan yang rusak. Terkadang penggunaannya dengan PRP dapat dikombinasikan untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal.
Semua injeksi yang diberikan harus sesuai dengan kelainan atau kerusakan yang terjadi. Konsultasikan dengan dokter anda terlebih dahulu untuk mendapatkan manfaat dan pemberian terapi yang tepat.