ALIEN YANG MENGONTROL PERASAAN HATI MANUSIA

Manusia tidak pernah benar-benar sendirian. Di dalam kulit, di dalam gusi dan di dalam usus terdapat 100 milyar organism hidup, yang semuanya dikenal sebagai mikroba

Sebagian besar mikroba ini hidup di dalam usus pencernaan dan tidak dapat dikultur (di kembang biakan), dan hanya dengan lahirnya test genetik terbaru memungkinkan kita bisa mengetahui jenis dan jumlah microba yang ada saat ini. Mikroba tersebut adalah bakteri, Archaea, parasit eukariotik, protozoa dan jamur.

Apa hubungan mikroba ini dengan suasana hati/ kejiwaan?

Usus dan otak memiliki kemampuan yang hebat untuk bisa saling berkomunikasi satu sama lain berkomunikasi melalui system saraf dan hormone.

Beberapa mikroba dapat melepaskan neurotransmitter (alat komunikasi antar saraf), dan berbicara ke otak dengan menggunakan bahasa khusus melalui neurotransmitter ini.

Hal ini bisa kita temui misalnya tiba-tiba perut kita mulas saat menghadapi stress tertentu, atau saat seseorang mengalami gangguan lambung yang kronis maka sering juga disertai gangguan kecemasan.

Untuk mengerti secara keseluruhan tentang hubungan dan cara kerja usus-otak, kita harus menguasai pengetahuan tentang endokrinologi, imunologi, patologi, dan neurologi. Tetapi untuk membuat menjadi lebih mudah, ini penjelasan secara sederhana:

misalnya ketika anda sedang makan siang, dan tiba-tiba seekor singa lompat ke tengah meja anda, maka secara spontan sistem “Fight or flight” anda akan berada pada posisi maksimal, jantung akan berdegu, pupil mata akan dilatasi (membesar), rambut anda akan berdiri, adrenalin akan membanjiri sistem tubuh anda untuk mengencangkan otot anda dan memberikan energi lebih terhadap kecepatan anda.

Secara natural, tubuh anda akan memberikan umpan balik negative yang akan menurunkan respon ‘Fight or flight’ seketika situasi bahaya tersebut berakhir. (dengan asumsi anda selamat dari bahaya).

Masalahnya bagaimana jika tidak ada singa di meja makan kita tapi tubuh kita terus mengaktifkan sistem fight or flight dengan kata lain sistem umpan balik negative tidak bekerja sehingga kita terus menerus dalam keadaan siaga dan tegang?

Hal ini yang di kenal dengan istilah anxietas/ kegelisahan dan depresi.

Bila gejala ini berlanjut dalam waktu lama maka akan timbul gejala secara fisik seperti masalah pencernaan antara lain konstipasi, maag kronis dll:

Respon stress manusia sulit membedakan antara stress mental dan fisik. misalnya saat anda meeting dengan bos yang galak maka jantung anda berdegup kencang dan tangan gemetar sama seperti respon saat anda berhadapan dengan singa.

Ketika tubuh kita dalam kondisi stress/dibawah tekanan, akan dilepaskan inflammatory cytokines, suatu zat kimia dalam tubuh yang bersifat memberi perintah agar tubuh kita waspada akan adanya bahaya. Namun bila stress ini berkepanjangan maka inflammatory cytokine ini justru berakibat terjadinya penyakit kronis seperti gangguan depresi, tekanan darah tinggi, arteroskeloris, penyakit auto imun seperti colitis ulseratif, dan multiple sklerosis.

Dimana terlibatnya peranan usus?

mikrobiotik di usus memainkan peran dalam mengatur inflamatory cytokine yang berlebihan, sehingga memperbaiki mikrobiotik dalam usus kita dapat membuat perubahan secara mental atau pun fisik.

Studi tentang hewan dan tumbuhan mendukung teori tentang bakteri pathogen di dalam usus, contohnya salmonella thyposa, penyebab penyakit thypus, akan berinteraksi dengan system imun di dalam usus untuk menyebabkan pelepasan cytokines inflammatory sehingga timbul respon stress sistemik ( sama seperti saat kita menghadapi menghadapi serangan singa) .

Beberapa respon dari usus dapat mempengaruhi ambang rasa sakit. Orang dengan kondisi tertentu, yaitu terdapatnya bakteri jahat di usus, lebih cenderung sensitif terhadap respon nyeri daripada orang lain. sebaliknya, bakteri baik di dalam usus terlihat memiliki efek berbeda, studi terbanyak jenis bakteri baik ini adalah Bifido bacterium and Lactobacillus.

Jumlah yang cukup dari bakteri baik akan menjaga jumlah bakteri jahat tetap rendah, dan juga berinteraksi dengan system imun dengan tujuan untuk menghilangkan stress respon kronik. Bakteri usus yang baik, juga berhubungan dengan level hormone , membantu menghilangkan respon hormone kortisol dan adrenalin (meningkat saat menghadapi singa) yang menyebabkan efek jangka panjang merusak tubuh kita .

Apa yang menjadi bukti langsung ,mikroba di usus memiliki efek ke otak?

Sebagian besar bukti terjadi pada tikus dimana para peneliti menunjukkan bahwa tikus besar yang memiliki bakteri baik dalam jumlah cukup akan memiliki produksi neurotransmitter dalam jumlah yang cukup pula.

Beberapa neurotransmitter berhubungan dengan kondisi mood seseorang, misalnya serotonin (suatu neurotransmitter yang merangsang perasaaan bahagia di otak), GABA (merangsang perasaan tenang dan mudah tidur), dopamine (pembuat semangat dan motivasi).

Jenis tertentu dari probiotik dapat meningkatkan kemampuan Trypthofan, precursor yang membuat serotonin dan dopamine.

Terdapat juga bukti bahwa stress dapat berpengaruh terhadap mikrobiotik. Tikus yang kehilangan orang tua, memiliki penurunan secara langsung jumlah Lactobacilus dalam fesesnya. Beberapa mikroba ini berubah dalam jangka panjang, termasuk menurunnya bakteri baik dan meningkatnya secara berlebihan dari bakteri patogen seperti klostridium .

Bagaimana kita dapat mempengaruhi mikrobiotik usus dan system imun?

Mengubah pola makan akan memiliki efek secara langsung . Orang-orang yang mengkonsumsi makanan olahan memiliki komposisi usus yang berbeda dibanding dengan yang makan makanan segar, buah-buahan dan sayuran . Kita juga dapat mengkonsumsi probiotik , walaupaun penelitian masih sangat awal dan probiotik akan menolong untuk sementara( selama anda meminumnya) Jenis bakteri yang mempengaruhi otak dan kebiasaan manusia disebut psikobiotik.

Kesimpulannya, usus merupakan tempat yang luar biasa untuk mulai membantu manusia menjadi lebih sehat, kuat dan flexsibel seperti seharusnya.